Sabtu, 31 Desember 2016

Book Review “Apa Pun Selain Hujan“ Karya Orizuka






Judul : Apa Pun Selain Hujan
Penulis : Orizuka
Editor : Yulliya
Desain Sampul : Agung Nugroho
Penerbit : Gagasmedia
ISBN : 979-780-850-5
Cetakan Kedua, 2016
288 halaman
60.000 IDR

Wira membenci hujan. Hujan mengingatkannya akan sebuah memori buruk, menyakitinya.....
Agar bisa terus melangkah, Wira meninggalkan semuanya.
Ia meninggalkan kota tempat tinggalnya. Meninggalkan mimpi terbesarnya.
Bahkan, meninggalkan perempuan yang disayanginya.

Namun, seberapa pun jauh langkah Wira meninggalkan mimpi, mimpi itu justru semakin mendekat.
Saat ia sedang berusaha keras melupakan masa lalu, saat itulah ia bertemu Kayla.
Pertemuan itu mengubah segalanya.
Sebuah novel tentang melepaskan mimpi dibawah hujan. Tentang cinta yang diam-diam tumbuh bersama luka. Juga tentang memaafkan diri sendiri.

***
            Berkisah tentang Wirawan Gunadi, seorang mahasiswa yang hidup dalam trauma masa lalu. Sebisa mungkin ia menghindari hal-hal yang dapat mengingatkannya pada sebuah insiden yang terjadi saat pertandingan taekwondo terakhir kali beberapa bulan yang lalu. Sejak insiden itu pula Wira membenci hujan, seolah setiap tetesnya memaksa Wira untuk mengingat akan peristiwa yang terjadi hari itu. Wira menghakimi diri sendiri, mengubur dalam-dalam mimpinya menjadi seorang taekwondoin profesional dan memutuskan untuk pindah ke Kota Malang, berharap dapat menjauhkan dirinya dari bayang-bayang memori itu. Di Malang, takdir mengantarkannya bertemu Kayla, seorang gadis yang berkebalikan 180 derajat darinya yang dengan senang hati menawarkan bantuan, membantunya keluar dari belenggu trauma masa lalu.

            Pada novel ini, kak Orizuka menjadikan Kota Malang sebagai latar utama cerita. Kota Malang yang teduh, terlebih suasana hujan yang sendu yang dihadirkan dalam cerita sejak bagian awal membuat konflik cerita terasa semakin nyata. Apalagi konflik cerita yang mengangkat tentang kisah trauma Wira akan peristiwa masa lalunya benar-benar mengaduk emosi pembaca, saat Wira dihadapkan pada pilihan untuk hidup dengan mengingat hari itu atau menyerah.

            Menurut aku pribadi, karakter Wira yang dihadirkan oleh Kak Orizuka bisa dibilang jarang kita temui pada novel-novel romance kebanyakan. Dimana karakter Wira yang tertutup, cenderung pasif, dan pendiam ditambah dengan alasan mengapa Wira sampai sebegitunya membenci hujan benar-benar terasa baru bagiku ketika membaca novel ini sekaligus kagum dengan Kak Orizuka yang bisa sampai terpikir membuat karakter seperti Wira. Kemudian, diciptakan karakter Kayla sebagai penyeimbang cerita, dimana karakter Kayla sangat berkebalikan dengan Wira. Kayla yang ceria, hangat, dan penuh semangat terasa sangat pas ketika disandingkan dengan sosok Wira.

Selain itu ada pula tokoh-tokoh pendukung seperti Junaedi, Dion,dan Ramdhan teman-teman sekelas Wira yang tingkahnya kocak abis ditambah percakapan bahasa jawa yang mereka gunakan yang seringkali bikin geli sendiri. Selain itu ada juga Nadine, sahabat Wira sejak kecil. Untuk kekurangan novel ini sendiri pada bagian isi cerita, menurutku hampir nggak ada, mungkin hanya alur cerita diawal yang terasa lambat karena mungkin bab awal ya sebagai permulaan, tapi setelah konflik muncul dijamin pingin terus lanjut baca. Kalau untuk teknis, ada typo yang aku temukan di halaman 235, disitu terdapat kata “ke” yang diulang dua kali. Tapi overall, menurutku novel ini bagus banget dan recommended bagi kalian yang suka novel romance dan ide cerita yang fresh, di novel ini juga bertebaran quotes-quotes ngena, seperti berikut:

“Mereka hadir dan mengibur kita,
 menemani kita tanpa pernah menghakimi.” Hal : 86

“Tidak semua orang seberuntung kamu,
ditawarkan pertemanan seperti itu.” Hal : 249

“Tapi kamu juga punya kuasa untuk mempercayai dirimu sendiri,
 juga orang-orang yang benar-benar sayang dan peduli padamu.
Kalau kamu selalu percaya omongan orang lain,
kamu tidak akan bisa bahagia” Hal : 254

“.....semua orang pernah berbuat kesalahan.
Kalian harus belajar memaafkan diri kalian sendiri” Hal : 268

            Dari kisah Wira ini, pesan yang aku tangkap adalah memaafkan diri sendiri merupakan obat terbaik dan melanjutkan hidup dengan lebih baik lagi adalah pilihan yang tepat. Ughh, baper memang, tapi yang terpenting dari sebuah novel selain menghibur  adalah pesan dari penulis yang bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca bukan?


Terakhir, aku kasih 4.5 dari 5 bintang untuk Apa Pun Selain Hujan. J



0 komentar:

Posting Komentar